Kicauku...
Ya, semalam aku dicabik dingin
Selimutku terbang diseret angin
Bulir air entah gerimis atau embun
Menimpa mataku memaksa bangun
Kicauku atau umpatku?
Aku lebih suka menyebut kicauku
Aku sengaja mengejek burung
Karena burung tak setegar aku
Kulanjut kicauku...
Karena pagi ini lapar menindih lambung
Kota ini tak beri makanku
Ronta lara terasa memasung
Kota ini semakin angkuh
Tak ada yang mau dengar kicauku...
Kenapa?
Manusia lebih suka kicau burung
Burung tak mengeluh
Tak jelas.. Gembira atau geram karena lapar
Aku cuma bisa berkicau..
Aku tak bisa terbang
Pasung lumpuh merantai kaki
Aku pengemis yang kau lihat tiap pagi
Disini... ya disini
Aku menunggu sambil berkicau...
Aku menunggu sedekah makan pagi
Aku menunggu lumpuhku pergi
Aku menunggu saatku mati
Atau menunggu malam datang lagi
Kicauku kian mengumpat...
Kuumpat pejalan kaki yang lewat
Kuumpat pemilik mobil mengkilat
Kuumpat pemimpin yang menjabat
Akankah suatu saat,
kuumpat Malaikat
Kicauku kian lirih...
Kicauku tak mengobati perih
Sabtu, 26 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar