Dalam bilik renta berdinding bambu
Diatas tikar tua dipan kayu
Dari televisi pucat dan berdebu
Drita anakku mendengar dan termangu
Di bilik ini, aku merubah namanya
Nama Indah yang berat mengundang lara
Kuganti dengan Drita
Nama singkat sesuai adanya
Layu anakku karna lumpuh
Pasi wajah tiada ceria
Kala dokter rumah sakit mengusir
Dengan kata senyum manis bibir
Drita anggap ini tak adil
Aku anggap ini takdir
Drita tak kenal e-mail
Keluh kesahnya hanya dibibir
Tuntut adil sekedar nyinyir
Rumah sakit tak marah karena sindir
Televisi meraung suara keping
Tersiar kabar berkarung koin
Untuk Prita yang tak miskin
Anakku, Adilkah ini?
Anak tetangga bernama "Balita"
Beri keping untuk Prita
Temanku memulung bernama "Nestapa"
Menderma keping untuk Prita
Politisi tenar bernama "Kaya"
Menyumbang berjuta harta untuk Prita
Drita bukan Prita...
Mulut Drita berucap parau...
Bapak...
Prita pandai dan berpunya
Prita tak layak sengsara
Bapak...
Drita miskin, buta aksara dan lara
Drita memang layak menderita
Dritaku menyeka air mata
Dikaisnya saku bertambal perca
Di angsurkan sekeping rupiah
Bapak... Ini untuk Prita
Kini air mataku meluap
Takkan ku keringkan
Agar semua tahu
Anakku Drita... Bukan Prita
....jakarta, desember'09
Sabtu, 26 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar